CARA MENDIDIK DAN MENGAJAR ANAK TUNAGRAHITA SERTA KARAKTERISTIKNYA
Pendidikan khusus sebagai salah satu bentuk pendidikan yang
khusus di peruntukan bagi mereka yang mengalami hambatan dalam
belajarnya, secara sadar terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan
pendidikan dengan sebaik-baiknya.
Menyadari bahwa Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK ) adalah individu
yang unik. Keunikan ini mengandung pengertian bahwa ABK mempunyai
sifat-sifat khusus atau karakteristik yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya, baik dalam segi kemampuan, bakat, minat maupun gaya
belajarnya.
Mendidik siswa di sekolah luar biasa tidak sama dengan mendidik
siswa di sekolah umum. Yang perlu dipahami oleh pendidik yang memiliki
siswa tunagrahita antara adalah guru harus mehami karakter anak
tunagrahita yang memiliki keunikan tersendiri yaitu bersifat pelupa,
susah memahami perintah yang kompleks, perhatian mudah terganggu, dan
susah memahami hal-hal yang kompleks. Oleh karena itu guru siswa
tunagrahita harus sabar, penyayang, mengajar dengan kata-kata sederhana
dan gambar yang nyata.
Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia
dikenal dengan nama : lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita
dan tunagrahita.
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Mentally Handicaped,
Mentally Retardid. Anak tunagrahita adalah bagian dari anak luar biasa.
Anak luar biasa yaitu anak yang mempunyai kekurangan, keterbatasan dari
anak normal. Sedemikian rupa dari segi: fisik, intelektual, sosial,
emosi dan atau gabungan dari hal-hal tadi, sehingga mereka membutuhkan
layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya secara optimal.
Jadi anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau
keterbatasan dari segi mental intelektualnya, dibawah rata-rata normal,
sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi,
maupun sosial, dan karena memerlukan layanan pendidikan khusus.
Pengertian Tunagrahita menurut American Asociation on Mental
Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM, (p. 20) sebagai berikut: yang meliputi
fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ 84 ke
bawah berdasarkan tes; yang muncul sebelum usia 16 tahun; yang
menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Sedangkan pengertian
Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded (1992: p.22)
dalam B3PTKSM (p. 20-22) sebagai berikut: Fungsi intelektualnya lamban,
yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku.Kekurangan dalam
perilaku adaptif. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu anatara masa
konsepsi hingga usia 18 tahun. Pengklasifikasian/penggolongan Anak
Tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut American Association on
Mental Retardation dalam Special Education in Ontario Schools (p. 100)
sebagai berikut:
EDUCABLE : Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam
akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.
2.2 SEBAB-SEBAB KETUNAAN
Menurut penyelidikan para ahli (tunagrahita) dapat terjadi :
1. Prenatal (sebelum lahir)
Yaitu terjadi pada waktu bayi masih ada dalam kandungan,
penyebabnya seperti : campak, diabetes, cacar, virus tokso, juga ibu
hamil yang kekurangan gizi, pemakai obat-obatan (naza) dan juga perokok
berat.
2. Natal (waktu lahir)
Proses melahirkan yang sudah, terlalu lama, dapat mengakibatkan
kekurangan oksigen pada bayi, juga tulang panggul ibu yang terlalu
kecil. Dapat menyebabkan otak terjepit dan menimbulkan pendarahan pada
otak (anoxia), juga proses melahirkan yang menggunakan alat bantu
(penjepit, tang).
3. Pos Natal ( Sesudah Lahir)
Pertumbuhan bayi yang kurang baik seperti gizi buruk, busung lapar,
demam tinggi yang disertai kejang-kejang, kecelakaan, radang selaput
otak (meningitis) dapat menyebabkan seorang anak menjadi ketunaan
(tunagrahita).
2.3 PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 bahwa setiap warga
negara berhak untuk mendapatkan pengajaran. Demikian halnya dengan anak
tunagrahita berhak untuk mendapatkan pendidikan. Sekolah-sekolah untuk
melayani pendidikan anak luarbiasa (tunagrahita) yaitu Sekolah Luar
Biasa (SLB) atau sekolah berkebutuhan khusus.
1. Sekolah untuk anak luar biasa terdiri dari :
a. SLB – A untuk anak Tunanetra
b. SLB – B untuk anak Tunarungu
c. SLB – C untuk anak Tunagrahita
d. SLB – D untuk anak Tunadaksa
e. SLB – E untuk anak Tunalaras
f. SLB – F untuk anak Berbakat
g. SLB – G untuk anak cacat ganda
2. Sekolah Luar Biasa untuk anak tunagrahita dibedakan menjadi :
a. SLB – C untuk Tunagrahita ringan
b. SLB – C untuk Tunagrahita sedang
3. Untuk Tunagrahita berat biasanya berbentuk panti plus asramanya.
2.4 KURIKULUM
Dalam memberikan layanan pendidikan tidak terlepas dari yang
namanya kurikulum. Kurikulum sebagai pedoman bagi sekolah. Kepala
sekolah dan guru dalam melaksanakan tugasnya. Kurikulum untuk Sekolah
Luar Biasa disesuaikan dengan jenis dan tingkat ketunaannya, mulai dari
tingkat TKLB sampai dengan SMALB. Kurikulum yang sekarang ini digunakan
yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004. Selain mempelajari mata
pelajaran umum, ada juga mata pelajaran ke khususan, untuk anak
tunagrahita yaitu mata pelajaran “Bina Diri” didalamnya mencakup:
1. Mengurus diri
2. Menolong diri
3. Komunikasi dan Sosialisasi
2.5 CIRI-CIRI KHUSUS PADA MASA PERKEMBANGANNYA
a. Masa Bayi
Para ahli mengemukakan bahwa tunagrahita adalah tampak mengantuk
saja , apatis tidak pernah sadar, jarang menangis, kalau menangis terus
menerus, terlambat duduk, bicara dan berjalan.
b. Masa Kanak-kanak
Ciri ciri klinis seperti mongoloid, kepala besar, dan kepala kecil.
Tetapi anak tunagrahita ringan ( yang lambat ) memperlihatkan ciri-ciri
sukar mulai dengan sesuatu. Mengerjakan sesuatu dengan berulang-ulang
tetapi tidak ada variasi, tampak penglihatannya kosong, melamun,
ekspresi muka tanpa ada pengertian.
c. Masa Puber
Perubahan yang dimiliki remaja tunagrahita sama halnya dengan
remaja biasa. Pertumbuhan fisik berkembang normal, tetapi perkembangan
berfikir dan kepribadian berada di bawah usianya. Akibatnya ia mengalami
kesulitan dalam pergaulan dan mengendalikan diri
Cara mendidik Anak Tuna Grahita di Sekolah
Keterbatasan kecerdasan yang di miliki anak tunagrahuta menjadi
kendala utama dalam belajar. Mereka tidak mampu berkompetisi dalam
belajar dengan temannya yang normal sehingga mereka seringkali menjadi
bahan olok-olok sebagai anak yang bodoh di kelas.
Materi pembelajaran bagi anak tunagrahita harus di rinci dan
sedapat mungkin di mulai dari hal-hal konkrit, mengingat mereka
mengalami keterbatasan dalam berfikir abstrak. Walaupun demikian materi
yang bersifat akademik tetap di berikan sampai mereka memperlihatkan
ketidak mampuannya. Sebaliknya materi pelajaran keterampilan memiliki
bobot yang tinggi karena melalui materi ini di harapkan mereka dapat
memiliki suatu keterampilan sebagai bekal hidupnya.
Dan materi pelajaran bina diri bagi anak tunagrahita harus
diprogamkan secara rinci dan mendapat bobot yang tinggi pula karena
tidak dapat mempelajari hal itu hanya melalui pengamatan seperti yang di
lakukan anak normal.
Strategi pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran anak
tunagrahita adalah strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
dimana mereka belajar bersama-sama dalam satu kelas tetapi kedalaman dan
keluasan materi, pendekatan/metode maupun teknik berbeda-beda di
sesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap peserta didik. Namun
demikian dapat pula menggunakan strategi lainnya seperti strategi
kooperatif, dan strategi modifikasi tingkah laku. Metode mengajar
hendaknya harus dipilih agar anak belajar dengan melakukan karena dengan
praktek rangsangan yang di peroleh melalui motorik akan cepat di pusat
berpikir dan tidak mudah di lupakan.
Alat/media yang di gunakan dalam pembelajaran anak tunagrahita
harus memperhatikan beberapa criteria, seperti : anak memiliki tanggapan
tentang yang di pelajarinya, tidak mudah rusak, tidak berbahaya, tidak
abstrak, dapat di gunakan anak, dan mudah di peroleh.
Evaluasi belajar dalam pembelajaran anak tunagrahita harus
dilakukan setelah mempelajari salah satu bagian kecil dalam materi
pembelajarannya, dan setelah itu barulah kita pindah pada materi
berikutnya. Alat evaluasi sebaiknya berbentuk kinerja dan hasilnya pun
diolah secara kualitatif. Sedangkan penilaian kuantitatif di buat
apabila dibutuhkan namun didampingi dengan uraian singkat ( bersifat
deskriptif )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar